Penyakit kresek ( penyakit hawar daun bakteri ) adalah penyakit padi yang penting dan umum ditemukan di lahan beririgasi maupun di lahan sawah tadah
hujan. Di lahan sawah yang terinfeksi ini kehilangan hasil panen
dapat berkisar antara 6-60%.
Serangan penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dapat mengakibatkan kerusakan tanaman dan menurunkan produksi. Bahkan, dalam serangan berat, dapat mengakibatkan terjadinya puso. Serangan penyakit ini dapat terjadi pada fase bibit, tanaman muda dan tanaman tua.
Serangan penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dapat mengakibatkan kerusakan tanaman dan menurunkan produksi. Bahkan, dalam serangan berat, dapat mengakibatkan terjadinya puso. Serangan penyakit ini dapat terjadi pada fase bibit, tanaman muda dan tanaman tua.
Tanda awal serangan penyakit ini adalah pucuk daun menguning, kemudian
menjalar melalui pinggir daun hingga ke pangkal. Pada serangan berat, daun padi
akan tampak mengering. Pada serangan berat, dapat terjadi hanya dalam waktu 30
hari, dan padi menjadi kering serta mengakibatkan puso.
Penyakit-penyakit hawar pelepah dan busuk batang menyebabkan tanaman mudah rebah sehingga sangat mengganggu proses pengisian gabah karena kerebahan biasanya terjadi pada saat padi mencapai stadia pengisian gabah. Penyakit tersebut sangat merugikan karena meningkatkan gabah hampa atau gabah tidak terisi sempurna.
Penularan penyakit kresek
Penyakit menyebar terbawa air, angin dan benih dan infeksi terjadi melalui stomata. Perkembangan penyakit hawar daun bakteri/kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu rendah (20 – 22ÂșC). Itu sebabnya pada musim hujan, penyakit berkembang cepat.
Penanaman varietas peka dengan jarak tanam yang rapat, pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan yaitu > 300 kg urea/ha, dan pemakaian pupuk N tanpa fosfor (TSP) dan atau kalium (KCl) akan mendorong perkembangan penyakit tersebut.
Penyakit-penyakit hawar pelepah dan busuk batang menyebabkan tanaman mudah rebah sehingga sangat mengganggu proses pengisian gabah karena kerebahan biasanya terjadi pada saat padi mencapai stadia pengisian gabah. Penyakit tersebut sangat merugikan karena meningkatkan gabah hampa atau gabah tidak terisi sempurna.
Penularan penyakit kresek
Penyakit menyebar terbawa air, angin dan benih dan infeksi terjadi melalui stomata. Perkembangan penyakit hawar daun bakteri/kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu rendah (20 – 22ÂșC). Itu sebabnya pada musim hujan, penyakit berkembang cepat.
Penanaman varietas peka dengan jarak tanam yang rapat, pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan yaitu > 300 kg urea/ha, dan pemakaian pupuk N tanpa fosfor (TSP) dan atau kalium (KCl) akan mendorong perkembangan penyakit tersebut.
Pengendalian
Belum ditemukan cara pengendalian yang dapat dianjurkan, namun pengeringan berkala (satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan) dan penggunaan pupuk kalium (KCl) dapat menurunkan keparahan penyakit.
Usaha pengendalian perlu memanfaatkan varietas yang tahan, dan juga manajemen pemakaian pupuk (N yang tidak berlebih, P dan K yang cukup).
Penyakit ini dapat ditekan dengan menanam dalam larikan (Legowo). Sistem tanam legowo dapat memperbaiki iklim di sekitar tanaman melalui perbaikan aerasi dan penetrasi sinar matahari dan menekan pertumbuhan penyakit kresek. Pemupukan berimbang yang lengkap dapat meningkatkan kemampuan bertahan tanaman terhadap penyakit
Pergiliran varietas dan tanaman, sanitasi (pertahankan sawah bersih—buang atau bajak gulma, jerami yang terinfeksi), eradikasi (pemusnahan) pada tanaman padi yang terserang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit kresek pada suatau daerah tertentu.
Perlakukan benih padi secara khusus, yakni dengan melakukan perendaman selama 12-24 jam dengan larutan hypoclorit dengan dosis 1:300 terhadap benih padi. Tujuannya, untuk pencegahan sejak dini dengan membersihkan benih dari bakteri yang menyebabkan penyakit kresek. Setelah dilakukan perendaman, perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan agensi hayati corinebacterium (5 cc per liter) atau pestisida dengan bahan aktif agrimicin (2 cc per liter) pada saat 14 hari setelah tanam (HST), 24 HST dan 48 HST. Tujuannya untuk melindungi bakal daun muda yang akan tumbuh, setelah daun yang ada terserang kresek.
Keringkan sawah setelah panen dan biarkan bera (tidak ditanami) beberapa minggu untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.
Hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan Agensia Hayati adalah sebagai berikut:
·
Pastikan
alat semprot bebas dari bekas fungisida dan bakterisida
·
Aplikasi
Agensia hayati minimal 7 hari setelah aplikasi fungisida/bakterisida terakhir.
·
Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari (hingga 09.30) dan sore hari (setelah
14.30)
·
Tidak boleh
dicampur dengan fungisida dan bakterisida.
·
Populasi
Agensi Hayati yang direkomendasikan adalah memiliki populasi minimal 10 pangkat
20.
Agensia hayati sudah rusak jika sudah mengalami pengendapan, berubah warna dan
baunya tidak sedap.
Keuntungan menggunakan Agensia Hayati adalah:
a. Bekerja spesifik terhadap OPT sasaran sehingga
ramah lingkungan.
b. Pada kelembaban yg tinggi perkembangan agensia hayati dpt menekan perkembangan bakteri penyakit. Sementara
jika menggunakan bahan kimia, kelembaban yang tinggi akan dapat menurunkan efektifitas racun.
c. Aman bagi lingkungan dan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar