Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya
berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
Dalam pengendalian biologi, penelitian
dan kajian mengenai agens hayati (virus, bakteri, cendawan dan serangga) dan
biopestisida telah banyak dilakukan. Namun demikian, agens hayati dan
biopestisida sebagai salah satu alternative sarana pengendalian OPT pada
tanaman masih dirasakan kurang/belum secara optimal dalam penerapannya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan dalam usaha
pengembangan dan pemanfaatan serta kurangnya sarana dan prasarana untuk
esksplorasi, identifikasi, maupun pengawasan mutu agens hayati.
Pengendalian biologi lebih menekankan
pada usaha perlindungan tanaman yang memanfaatkan musuh alami daripada penggunaan
pestisida. Penggunaan pestisida secara berlebihan dan tidak bijaksana dapat
mendorong terjadinya resistensi, resurjensi, serangga hama sasaran, terbunuhnya
musuh alami dan residu pestisida yang mungkin melebihi batas maksimum yang
ditetapkan, sehingga diperlukan perubahan paradigma petani dalam usaha
pengendalian OPT dr pengendalian berbasis pestisida pestisida kimia menjadi
agens hayati dan biopestisida.
Cara kerja pestisida nabati sangat
spesifik diantaranya:
a.
Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
b.
Menghambat perkembangan pathogen penyakit
c.
Menghambat reproduksi serangga betina
d.
Mengurangi nafsu makan dan mengusir serangga
e.
Menghambat pergantian kulit
f.
Mengganggu komunikasi serangga
g.
Menyebabkan serangga menolak makan
Beberapa kelebihan dalam pengendalian biologi
yaitu secara aspek ekonomi lebih menguntungkan karena dapat mengurangi
ketergantungan pada pestisida kimia, dari aspek lingkungan dapat berkelanjutan
dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, serta produk yang
dihasilkan aman dikonsumsi.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN PESTISIDA NABATI
·
Kelebihan
-
Murah dan mudah
dibuat sendiri
-
Merupakan
pengendalian hama ramah lingkungan
-
Tidak menyebabkan
keracunan pada tanaman
-
Sulit menimbulkan
kekebalan terhadap hama
-
Kompatibel digabung
dg cara pengendalian yang lain
-
Hasil produk
pertanian sehat aman
·
Kekurangan
- Cepat terurai dan daya kerjanya relative
lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering
- Produsi belum dapat dialkukan dalam jumlah
besar karena keterbatasan bahan baku
- Kurang praktis & tidak tahan disimpan
- Daya racun rendah
- Harus disemprotkan secara berulang-ulang
- Tidak membunuh jasad sasaran secara
langsung
===================================
1. Ramuan untuk mengendalikan hama secara umum
Bahan : daun mimba 8 kg, lengkuas 6 kg,
serai 6 kg, deterjen/sabun cole 20 gr, air 20 lt.
Cara membuat: daun mimba, lengkuas,
serai ditumbuk dan dihaluskan, kemudian semua bahan diaduk merata dlm 20 lt air lalu direndam
sehari semalam. Keesokan harinya larutan disaring dg kain halus. Larutan hasil
penyaringan diencerkan kembali dg 60 lt air. Larutan tsb bisa digunakan untuk
lahan seluas 1 Ha.
Aplikasi : semprotkan cairan tsb pada
tanaman yang akan dilindungi.
2. Ramuan untuk mengendalikan hama WBC, PBP dan nematoda
Bahan : biji nimba 50 gr, alcohol 10 cc, air 1 lt
Cara membuat ; biji nimba ditumbuk
halus dan diaduk dengan 10 cc alcohol lalu diencerkan dg 1 lt air. Larutan
diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring
Aplikasi ; semprotkan cairan tsb pada
tanaman yang terserang hama/hamanya langsung. Hama tidak langsung mati segera
setelah disemprot dengan larutan biji mimba, tetapi memerlukan waktu antara 2-3
hari utk mati.
Sumber ;
sinta edisi 15-21feb12 no. 3444 th XLII
buku pestisida nabati/Ir Agus Kardinan,
M.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar