Senin, 30 November 2015

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA TERPADU



TIKUS termasuk hama kedua terpenting pada tanaman padi di Indonesia. Karena kehilangan hasil produksi akibat serangan hama tikus cukup tinggi.
Usaha untuk mengendalikan ‘si monyong’ tikus ini sudah banyak dilakukan oleh para petani, mulai dari sanitasi, kultur teknik, fisik, cara hayati, mekanik dan kimia. Namun diakui, bahwa cara-cara pengendalian tersebut belum dilakukan secara terpadu, sehingga harapan untuk menekan populasi tikus pada tingkat yang tidak merugikan ternyata sulit dicapai.
Pengendalian hama secara terpadu (PHT) ini akan terlaksana dengan baik bila petani menghayati konsep dasarnya dan menguasai berbagai cara pengendalian ke dalam suatu program yang sesuai dengan jenis organisme pengganggu dan ekosistem pertanian di tempat tersebut.
Konsep pengendalian hama terpadu sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1947-an, meskipun sebelumnya penanggulangan hama dengan jalan memadukan beberapa pengendalian sudah dilaksanakan.

LANGKAH AWAL

PHT dapat didefinisikan sebagai cara pengendalian dengan memasukkan beberapa cara pengendalian yang terpilih dan serasi serta memperhatikan segi ekonomi, ekologi dan toksikologi sehingga popilasi hama berada pada tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan. Artinya, bahwa PHT bertujuan untuk menekan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan, pengelolaan kelestarian alam dan optimasi produksi pertanian.
Secara teoritis, tikus mampu berkembang biak menjadi 1.270 ekor per tahun dari satu pasang ekor tikus saja. Perkembangan tikus dialam banyak dipengaruhi faktor lingkungan, terutama ketersediaannya sumber makanan dan populasi tikus akan meningkat berkaitan dengan puncak pada masa generatif.
Kegiatan tikus lebih aktif pada malam hari dan kegiatan hariannya sangat teratur mulai dari mencari makanan,minum,mencari pasangan sampai orientasi kawasan. Untuk menghindari dari lingkungan yang tidak menguntungkan, tikus biasanya membuat sarang pada daerah lembab dekat dengan sumber air dan makanan seperti di batang pohon, sela-sela batu, gili-gili irigasi, tanggul dsb.

PHT YANG TEPAT & EFEKTIF


Pengendalian tikus sawah harus dimulai secara diri, yakni dimulai pada saat sawah bera (setelah panen),pada masa gevetatif dan masa generatif. Pengendalian hama tikus pada saat sawah bera bias dilakukan dengan 5 cara sebagai berikut:
sanitasi lingkungan, pembersihan rumput rumput atau semak-semak yang biasa digunakan tikus untuk bersarang
*
* s cara fisik dan mekanik, dengan gropyokan secara massal
* scara kultur teknik, penanaman secara serempak diareal yang sama
* scara biologi/hayati, pemanfaatan musuh alami seperti ular, anjing, pemanfaatan dan pelestarian burung hantu Tyto Alba.
* memasang tirai persemaian pada saat padi dipersemaian.

RODENTISIDA

Pengendalian tikus pada saat padi pada masa gevetatif dilakukan secara sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida), karena pada masa vegetatif tikus sudah mulai melakukan penyerangan. Cara rodentisida dilakukan bila populasi tikus yang tinggi.
Rodentisida yang biasa digunakan adalah racun akut (czincposphide diberikan dengan cara diumpankan dengan dosis 22 gram per hektar dicampur umpan sebanyak 2,5 kg), dan racun anti-koagulan, yakni klerat, RMB dan lainnya yang siap pakai yang penggunaannya dengan rodentisida akut.
Pengendalian hama tikus ketika generative yang lebih baik dan efektif adalah dengan pengemposan jika cara rodentisida tidak berhasil. Hal ini disebabkan pada masa generatif makanan berlimpah sehingga umpan yang beracun tidak akan dimakannya.
Adapun cara pengemposan dilakukan dengan menggunakan asap atau gas beracun yakni hasil pembakaran serbuk belerang bersama merang atau sabut kelapa dengan perbandingan 1: 1,5 kemudian dimasukkan ke dalam liang yang menjadi sarang tikus.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GERDAL HAMA WERENG COKLAT DI DESA PEDASONG KEC ADIPALA KAB CILACAP

 H ama wereng hingga saat ini masih menjadi hama yang ditakuti oleh petani selain tikus di wilayah Cilacap khususnya  Adi...