Senin, 30 November 2015

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG [upsus pajale JAGUNG]



 
Add caption
Produksi palawija khususnya jagung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk dan program perbaikan gizi masyarakat melalui deversifikasi pola makanan, mendorong permintaan jagung. Selain komoditi jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri semakin meningkat dengan banyaknya industri makanan ternak, industri minyak jagung dan produk ethanol.

I. SYARAT PERTUMBUHAN
1. IKLIM 
§ Beriklim sub-tropis/tropis yang basah  
§ Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. 
§ Suhu antara 21-30ÂșC
2. MEDIA TANAM 
* Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol, berpasir, kaya humus. 
* Keasaman/pH tanah  antara 5,6 - 7,5.
II. TEKNIK BERCOCOK TANAM
1. PERSIAPAN 
Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah sampai rata dan gembur. Serta dibuatkan drainase
2. PENANAMAN 
Populasi optimum dari beberapa varietas sekitar 50.000 tanaman/ha. Jarak tanam 100 cm x 40 atau 100 cm x 20 cm atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah. 
3. PEMUPUKAN 
§ Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). 
§ N dibutuhkan selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Kekurangan nitrogen dlm tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil. 
§ Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P, saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. 
4. PEMELIHARAAN 
a.        Penyulaman dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu.
b.        Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam.. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tsb.
c.  Penyiangan dilakukan pada umur 15 hst. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua.
d.        Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan.
e.        Pemangkasan daun. Dari hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
5. PENGAIRAN
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hst dan pengisian biji (60-80 hst). Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu.

6. HAMA dan PENYAKIT

·   Hama tanaman jagung, macam-macamnya : lalat bibit, ulat tanah, ulat daun, penggerek batang, ulat agrotis, ulat tongkol, belalang
·   Penyakit tanaman jagung,: bulai, cendawan, bercak ungu, karat, hawar dan layu bakteri
Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tersebut maka dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dengan cara: 
·   Penggunaan varietas bibit yang resisten 
·   Penggunaan teknik-teknik agronomi 
·   Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam 
·   Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami 
7. PANEN 
Waktu panen jagung di pengaruhi oleh jenis varietas yang ditanam, ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen jagung umumnya sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu setelah berbunga. 
Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera dipanen. 

Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau butirnya rusak setelah proses pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga akan banyak butiran jagung yang rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak turun hujan sehingga pengeringan dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam keadaan tongkol berkelobot (berkulit). 
8. PASCA PANEN 
Penanganan pasca panen bisa dengan cara pengeringan, pada umumnya dilakukan dengan menghamparkan jagung dibawah terik matahari menggunakan alas tikar atau terpal. Pada waktu cerah penjemuran dapat dilakukan selama 3-4 hari. Dapat juga menggunakan mesin grain dryer. Kemudian jagung dipipil, agar segera dijemur kembali sampai kering konstan (kadar air kurang lebih 12%) agar dapat disimpan lama, biasanya memerlukan waktu penjemuran 60 jam sinar matahari. 
Faktor lain yang ikut mempengaruhi baik buruknya mutu jagung adalah adanya jamur & cendawan yg ditandai dg warna kehitam-hitaman, kehijau-hijauan/putih pada buah jagung. Salah satu diantara jamur tsb adalah Aspergilis sp yg menghasilkan racun aslatoksin & berbahaya bagi manusia, ternak lainnya, jamur tsb dpt  dimatikan dg dengan pemanasan tetapi racunnya tdk dpt  ditangkal dg pemanasan.

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA TERPADU



TIKUS termasuk hama kedua terpenting pada tanaman padi di Indonesia. Karena kehilangan hasil produksi akibat serangan hama tikus cukup tinggi.
Usaha untuk mengendalikan ‘si monyong’ tikus ini sudah banyak dilakukan oleh para petani, mulai dari sanitasi, kultur teknik, fisik, cara hayati, mekanik dan kimia. Namun diakui, bahwa cara-cara pengendalian tersebut belum dilakukan secara terpadu, sehingga harapan untuk menekan populasi tikus pada tingkat yang tidak merugikan ternyata sulit dicapai.
Pengendalian hama secara terpadu (PHT) ini akan terlaksana dengan baik bila petani menghayati konsep dasarnya dan menguasai berbagai cara pengendalian ke dalam suatu program yang sesuai dengan jenis organisme pengganggu dan ekosistem pertanian di tempat tersebut.
Konsep pengendalian hama terpadu sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1947-an, meskipun sebelumnya penanggulangan hama dengan jalan memadukan beberapa pengendalian sudah dilaksanakan.

LANGKAH AWAL

PHT dapat didefinisikan sebagai cara pengendalian dengan memasukkan beberapa cara pengendalian yang terpilih dan serasi serta memperhatikan segi ekonomi, ekologi dan toksikologi sehingga popilasi hama berada pada tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan. Artinya, bahwa PHT bertujuan untuk menekan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan, pengelolaan kelestarian alam dan optimasi produksi pertanian.
Secara teoritis, tikus mampu berkembang biak menjadi 1.270 ekor per tahun dari satu pasang ekor tikus saja. Perkembangan tikus dialam banyak dipengaruhi faktor lingkungan, terutama ketersediaannya sumber makanan dan populasi tikus akan meningkat berkaitan dengan puncak pada masa generatif.
Kegiatan tikus lebih aktif pada malam hari dan kegiatan hariannya sangat teratur mulai dari mencari makanan,minum,mencari pasangan sampai orientasi kawasan. Untuk menghindari dari lingkungan yang tidak menguntungkan, tikus biasanya membuat sarang pada daerah lembab dekat dengan sumber air dan makanan seperti di batang pohon, sela-sela batu, gili-gili irigasi, tanggul dsb.

PHT YANG TEPAT & EFEKTIF


Pengendalian tikus sawah harus dimulai secara diri, yakni dimulai pada saat sawah bera (setelah panen),pada masa gevetatif dan masa generatif. Pengendalian hama tikus pada saat sawah bera bias dilakukan dengan 5 cara sebagai berikut:
sanitasi lingkungan, pembersihan rumput rumput atau semak-semak yang biasa digunakan tikus untuk bersarang
*
* s cara fisik dan mekanik, dengan gropyokan secara massal
* scara kultur teknik, penanaman secara serempak diareal yang sama
* scara biologi/hayati, pemanfaatan musuh alami seperti ular, anjing, pemanfaatan dan pelestarian burung hantu Tyto Alba.
* memasang tirai persemaian pada saat padi dipersemaian.

RODENTISIDA

Pengendalian tikus pada saat padi pada masa gevetatif dilakukan secara sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida), karena pada masa vegetatif tikus sudah mulai melakukan penyerangan. Cara rodentisida dilakukan bila populasi tikus yang tinggi.
Rodentisida yang biasa digunakan adalah racun akut (czincposphide diberikan dengan cara diumpankan dengan dosis 22 gram per hektar dicampur umpan sebanyak 2,5 kg), dan racun anti-koagulan, yakni klerat, RMB dan lainnya yang siap pakai yang penggunaannya dengan rodentisida akut.
Pengendalian hama tikus ketika generative yang lebih baik dan efektif adalah dengan pengemposan jika cara rodentisida tidak berhasil. Hal ini disebabkan pada masa generatif makanan berlimpah sehingga umpan yang beracun tidak akan dimakannya.
Adapun cara pengemposan dilakukan dengan menggunakan asap atau gas beracun yakni hasil pembakaran serbuk belerang bersama merang atau sabut kelapa dengan perbandingan 1: 1,5 kemudian dimasukkan ke dalam liang yang menjadi sarang tikus.






GERDAL HAMA WERENG COKLAT DI DESA PEDASONG KEC ADIPALA KAB CILACAP

 H ama wereng hingga saat ini masih menjadi hama yang ditakuti oleh petani selain tikus di wilayah Cilacap khususnya  Adi...